Kamis, 25 Juli 2013

BATU BATA, SI 'KECIL MERAH' YANG LAMA PROSESNYA


Batu bata merupakan instrumen terpenting untuk membangun gedung di era modern seperti sekarang ini. Baik untuk gedung rumah, sekolah, kantor dan gedung gedung lainnya. Jika dahulu kebanyakan orang menggunakan kayu  untuk dinding rumahnya, namun di era modern ini, tampaknya tren itu sedikit berubah melihat sulitnya mendapatkan kayu olahan, selain harganya yang relatif mahal. Walaupn sebenarnya masih ada sebagian orang yang tetap menggunakannya. Gedung yang menggunakan batu bata juga terlihat lebih kokoh dan tidak mudah lapuk dimakan rayap. Mungkin atas dasar inilah banyak orang yang menggunakan batu bata untuk mendirikan bangunan.

Nah, kali ini saya berkesampatan melihat dan berbincang langsung dengan para pengerajin batu bata serta melihat langsung proses pembuatannya. Kerajinan ini terletak di Kabupaten Deli Serdang tepatnya di desa Aras Kabu pasar VII. Desa ini Letaknya persis di samping Bandara Kualanamu, bandara baru di Sumatera Utara yang kabarnya akan diopersikan pada tanggal 25 Juli nanti.

Sebelum menjadi batu bata seperti yang sering kita lihat, ternyata proses yang dilakukan cukup panjang, bahkan memakan waktu hingga belasan hari.

Proses pertama, mencari dan membeli ‘galong’, sebutan warga sekitar untuk sejenis tanah liat berwarna cokelat sebagai bahan baku utama batu bata. Hal ini dilakukan karena tidak semua tanah bisa dijadikan bahan baku. “Kalo tanah biasa enggak bisa lah, karena enggak nyatu kalo di cetak,” ungkap Pak Sisu, seorang pengerajin batu bata yang sudah belasan tahun menekuni pekerjaan ini. Ia juga menambahkan, bahwa tanah ini dibeli dari desa tetangga dengan harga 1 dam truknya sebesar Rp.350.000 untuk sekali produksi.

Proses kedua, mengolah tanah dan mencetaknya. Ada dua tipe pengerjaannya, Bagi yang bermodal besar bisa menggunakan mesin. Namun, ada pula yang masih manual menggunakan tangan dengan hanya bermodalkan cetakan papan. Kalau menggunakan mesin proses pengerjaanya lebih cepat dan banyak. Selain itu, jenis batu yang dihasilkan juga lebih padat dan besar. “Sekali cetak bisa menghasilkan tiga ribu-an batu dalam setengah hari ,kalo mau pun dua puluh ribu batu bisa. Kita Nengok kondisi cuaca dan pekerja juga, ” ujar Pak Sisu si pemilik kilang bermesin.


Gambar :Seorang ibu  pekerja cetak manual batu bata yang 
sedang mencangkul tanah untuk dimasukkan kedalam cetakan.

Hal berbeda dikerjakan oleh Bu Lasiyem, wanita yang sudah hampir 1 dasawarsa menjadi pencetak batu bata. Ia merupakan buruh pencetak batu manual. Walaupun sudah paruh baya, namun ia masih mempunyai tenaga ekstra untuk mencangkul dan mengangkut tanah untuk diletakkan dalam cetakan. Tak ada mesin dalam proses pencetakan, semuanya serba manual. Tangannya sungguh lihai dan cekatan. Namun, dibalik itu semua, ia juga sempat mencurahkan isi hatinya, “sak jane kesel kerjo koyok ngene dek, tapi arep kepiye meneh daripada nganggur neng omah, lumayan lah iso ngerinanke bojo gawe tuku sayuran,” ungkap Bu Lasiyem dalam bahasa daerah, yang maksudnnya : Sebenarnya capek kerja seperti ini, tapi mau bagaimana lagi daripada nganggur di rumah, lumayan bisa bantu suami untuk menambah beli sayuran.

Dalam setengah hari, Bu Lasiyem biasanya mampu mencetak sampai 1500 biji batu bata. Untuk Satu batu bata dihargai Rp.15, kalau dikalikan 1500 x Rp 15 = Rp.22.500 inilah yang dihasilkan Bu Lasiyem selama setengah hari bekerja. Pekerjaan yang sungguh berat, namun sangat tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Walau begitu, ia menenggaku mensyukuri ini semua.


Gambar : Hasil cetakan manual Bu Lasiyem selama 
setengah hari yang mencapai 1500 batu


Kembali pada proses kedua pembuatan batu bata, Pak Sisu menjelaskan setelah melalui proses pencetakan, maka batu ini siap untuk di susun dan dijemur. Waktu penjemuran tergantung cuaca dan panasnya matahari. “Kalau hari normal dan cuaca bagus, maka satu minggu sudah bisa kering dan siap untuk melewati proses selanjutnya. Namun, jika cuaca mendung dan musim hujan, maka proses penjemuran dapat memakan waktu hingga berminggu-minggu dan itu artinya para pengerajin batu bata ini harus merasakan kerugian akibat semakin lamanya proses produksi” jelasnya.



Gambar : Penyusunan batu bata di kilang pembakaran 

Setelah melewati proses penjemuran, maka batu bata yang telah kering harus  masuk ke proses pembakaran. Di sini,  batu yang telah djemur dipindahkan dan disusun di sebuah kilang pembakaran. Satu kilang pembakaran dapat menampung hingga 25 ribu batu. Proses pembakaran ini memakan waktu yang cukup lama, hampir satu minggu dengan bara api yang harus selalu menyala setiap harinya. Sebenarnya, proses ini bisa lebih cepat kalau saja membakarnya menggunakan kayu bakar, tidak sampai tiga hari batu sudah bisa matang. Namun, harga kayu yang sangat mahal membuat para pengerajin menyiasatinya dengan menggunakan sekam padi (Kulit padi). Selama satu minggu penuh bara api harus selalu dijaga. Untuk mengerjakan pekerjaan ini, ada buruh khusus yang melakukannya. Buruh tersebut bertugas menjaga bara api dan menyerak sekam di atas tumpukan batu bata pada waktu pagi dan sore hari. Pak Sisu Menjelaskan, bahwa gaji penyerak sekam padi tidak terlalu besar, hanya Rp 10 per batu. Artinya, kalau dalam satu kilang ada dua puluh ribu batu yang dibakar, maka ia hanya memperoleh gaji sebesar Rp.200.000 selama satu minggu/ sampai batu benar benar matang.


Gambar : Batu bata yang sedang dibakar dengan sekam padi

“Memang sih, pekerjaanya tidak terlalu susah. Namun resikonya sangat besar. Karena para buruh harus menyerak sekam padi langsung diatas tumpukan batu dengan bara api sekam yang masih menyala. Jika kejeblos masuk ke dalam tumpukan batu yang berlubang, maka resikonya kaki bisa mengalami luka bakar yang amat parah, ” ungkap Pak Sisu .Ia juga menambahkan, bahwa untuk membuat batu bata benar-benar matang, maka sekam padi yang dihabiskan sebanyak 400 karung dengan harga per karung sekitar Rp.2500.
Setelah meleawati proses pembakaran yang memakan waktu cukup lama, maka batu akan tampak matang jika warnanya mulai kemerah merahan seperti yang biasa kita lihat. Proses  perjalanan panjang batu bata belum berakhir. Batu bata mesti didinginkan didalam kilang selama 3 hari 3 malam. Nah, setelah itu barulah batu bata bisa dibongkar dan dijual kepada para tengkulak. Untuk saat ini, harga batu bata perbijinya Rp.300 untuk batu mesin dan Rp.200 untuk batu cetak manual. Wah, sebanding nggak ya dengan prosesnnya yang lama ?


Gambar : Batu bata yang sudah jadi dan siap untuk dipasarkan




1 komentar: